WAKTU menunjukkan pukul 07.00 WIB ketika Fauzan (10) bergegas untuk mandi dan berangkat sekolah. Dibantu sang nenek, Fauzan memakai seragam sekolahnya. Ia memakai sepatu berwarna hitam yang sudah lusuh dengan velcro yang tak lagi merekat sempurna.
Sepatu itu pun ia gunakan untuk memulung. Sepulang sekolah, Fauzan memulung botol dan barang bekas di sepanjang jalan menuju sekolah dan di sekitar rumahnya di Desa Cigentis, Kecamatan Pangkalan, Kabupaten Karawang.
Baca juga: Kisah 3 Muslimah Tangguh Tulang Punggung Keluarga: Jadi Tukang Sampah hingga Gembala Kambing
"Mulung enggak ada yang menyuruh. Itu keinginan sendiri karena ingin bantu ummi (nenek) dan bapak. Saya juga mau beli sepatu karena sepatu ini sudah sempit," ujar Fauzan, Senin 7 Maret 2022.
Pendapatan memulung Fauzan bergantung barang yang ia kumpulkan, biasanya botol plastik dan kardus bekas. Paling sedikit Fauzan mendapat Rp10 ribu, terbanyak ia pernah mendapatkan Rp400 ribu.
Baca juga: 5 Tips Simpel Ampuh Siapkan Puasa Ramadan, Sehat Fisik dan Mental
"Saya tumpuk dulu kalau masih ada uang. Kalau sudah banyak baru dijual," cerita anak yang tinggal bersama nenek, dua orang adik, dan ayahnya itu. Ibu Fauzan meninggal empat tahun lalu.
Pekerjaan itu harus Fauzan lakoni karena untuk membantu kebutuhan keluarga. Ayah Fauzan berjualan donat dengan penghasilan Rp50 ribu sehari.
Dengarkan Murrotal Al-Qur'an di Okezone.com, Klik Tautan Ini: https://muslim.okezone.com/alquran